Seberapa Seringkah Kita Bersyukur ?
Tubuh
ini dilengkapi oleh Allah dengan 5 panca indra, dan masing-masing indra
mempunyai fungsi yang berbeda, kelima panca indra itu merupakan
fasilitas untuk menunjang aktifitas kehidupan. Dari kelima panca indra
itu salah satunya adalah mata dan tentu semua dari kita pasti sudah tau
fungsi mata, yaitu untuk melihat. Melalui mata, kita bisa dengan mudah
melangkah menuntun kaki menapaki jalan, baik dalam keadaan siang maupun
malam. Mata juga bisa dikatakan jendela keindahan, pasalnya kita tidak
akan bisa mengatakan sesuatu yang nampak indah, bila kita sebelumnya
tidak pernah melihatnya dan mata ini lah alat untuk menikmati keindahan
itu.
Syukur tiada terkira saat ini saya bisa browsing internet, dapat membaca
informasi beserta gambarnya dengan nyaman. Itu lantara di bagian depan
kepala ini ada 2 buah bola mata yang terpasang sejajar dan rapih, Maha
Suci Allah yang telah memberikan mata secara cuma-cuma pada saya,
Alhamdulillah. Tentu tidak hanya itu saja nikmat yang saya rasakan
melalui mata ini, banyak nikmat-nikmat lainnya. Salah satunya saya bisa
pergi ke kantor dengan mengendarai motor, itu lantaran saya dapat
melihat. Karena bila mata ini dalam keadaan buta, sangat tidak mungkin
saya bisa mengendarai motor, walaupun tangan sudah memegang stang motor
dan kaki sudah siap mengatur Gear dan menginjak rem.
Beberapa waktu yang lalu, saya melihat seorang wanita muda yang sedang
diberi ujian oleh Allah, kedua matanya tidak dapat melihat, sepertinya
dia menyandang tuna netra sejak lahir. Kalau mau digolongkan, dia
termasuk wanita yang tegar dan gigih. Saya akan menceritakan pada Anda
mengenai wanita itu. Kala itu selepas pulang kerja, sudah menjadi biasa
sore itu saya melintasi jalan yang sama seperti hari sebelumnya, karena
memang jalan itu adalah jalan utama rute perjalanan saya pulang pergi ke
kantor. Saat itu dari kejauhan, di sebelah kiri jalan saya melihat ada
seorang wanita berjalan dengan langkah yang lamban dan di pundak kanan
kirinya tergangtung 2 bungkus plastik besar yang berisi kerupuk dengan
jenis yang berbeda, sepertinya dia sedang berjulan.
Motor saya pun makin lama makin mendekati wanita itu dan melewatinya.
Benar seperti dugaan saya sebelumnya, dia sedang menjajakan kerupuk
barang dagangannya. Karena memang saya tidak ada niat membeli kerupuk,
jadi saya melewatinya. Tapi tiba-tiba terfikir dibenak ini untuk membeli
kerupuknya, membeli dengan niat tidak semata ingin memakan kerupuk,
tapi untuk menolong agar dagangannya cepat berkurang. Kemudian saya
balikkan arah motor untuk menghampiri wanita tuna netra penjual kerupuk
itu, sampailah saya menghampirinya, dari samping kanannya saya panggil
dia "mba, beli kerupuknya" lalu dia memberi pilihan "mau yang mana mas,
yang ini apa yang ini ?" sambil dia menyebutkan jenis kerupuknya. Lalu
saya pilih kerupuk yang tergantung dipundak kirinya (1 plastik berukuran
sedang berisi 5 buah kerupuk bundar, seharga 5 ribu rupiah) dan dia
mengeluarkan kantong kresek untuk membungkus kerupuk itu, lantas saya
memberikan uang padanya, setelah itu saya mengucap terima kasih.
Kembali ketujuan semula pulang ke rumah, motor saya gas sedang, kantong
kresek berisi kerupuk tergantung di sebelah kiri stang motor. Kira-kira
jarak 500 Meter, reflek terfikir di otak ini "kenapa tadi saya tidak
memberi uang tip (bersodakoh) pada penjual kerupuk itu...wah ladang amal
nih ! segera saya balikan arah motor untuk mencari wanita itu dan
ternyata dia sudah tidak ada di sekitar pinggiran jalan tadi, saya
bergumam di dalam hati "jangan-jangan dia sudah belok ke gang itu".
Ketika saya akan belok, dari sebrang jalan saya lihat wanita itu sedang
duduk di pos satpam. Di sebelah kanan gang itu ada pintu gerbang sebuah
perusahaan terbuka lebar, waktunya pulang kerja. Dan rupanya dia duduk
di dekat pos satpam itu harapannya para karyawan dan karyawati yang
pulang kerja, mampir membeli kerupuknya.
Saya pun menyebrang jalan dan motor saya parkirkan sebentar di depan
pintu gerbang, lalu saya menghampiri wanita tuna netra itu sambil
memberinya uang, terlihat satpam dan beberapa karyawan memperhatikan
saya, mungkin mereka bertanya-tanya "koq saya memberikan uang padanya
tapi tidak mengambil kerupuk ?!" dalam hati saya berbicara "akh biarin
aja lah, mereka mau menduga apa....Allah maha tau niat di hati ini".
Istri di rumah mendengar cerita tadi, terharu plus salut sekali pada
wanita tuna netra penjual kerupuk itu, dalam keadaan buta dia tegar,
semangat ikhtiarnya untuk mencari nafkah gigih sekali, SubhanAllah.
Kita-kita ini yang diberi penglihatan normal, akan kah terlontar dari
mulut ini kata mengeluh...sedangkan seorang yang buta begitu gigih
mencari karunia Allah.
Terbayangkah oleh Anda, bila mata ini buta ?! yang dulunya kita di siang
hari menatap ke depan, menoleh ke kanan/kiri, menenggak ke atas dan
berbalik ke belakang...semua serba terang dan jelas memandang, mungkin
kita akan merasa menderita bila keadaan berbalik, pandangan menjadi
gelap baik siang maupun malam karena mengalami kebutaan. Puji syukur
pada Allah, Anda dan saya sekarang ini masih dapat melihat, Dia-lah
Allah yang telah memberikan mata ini sebagai salah satu nikmat yang
manfaatnya sungguh amat bernilai.
Berikut ini penggalan ayat (QS. Ibrahim:34) "Dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya". Bila dalam sebuah
kompetisi lomba melukis, lomba cipta lagu dan lomba seni lainnya seorang
juri dapat memberi nilai terhadap karya seseorang, lain halnya dengan
nikmat Allah, tak satu manusia pun mampu memberi nilai atas nikmat-Nya !
Satu contoh tadi nikmat mata, manfaatnya sungguh luar biasa. Coba kita
bayangkan ilustrasi berikut ini : Pasangan suami istri yang sedang
menanti kelahiran anak, dalam masa penantian itu penglihatan mereka
masih berfungsi dengan normal. Ketika usia kehamilan mendekati 9 bulan,
entah karena kecelakaan atau sebab lain, mata mereka menjadi buta. Jadi
saatnya sang jabang bayi lahir, mereka tidak dapat melihat wajah anaknya
!
Berhubung sebelumnya penglihatan mereka normal, bisa kita bayangkan
betapa sedih dan tersiksanya mereka ketika sedang menimang-nimang anak
tidak dapat membayangkan wajahnya. Lain halnya dengan orang yang buta
bawaan semenjak lahir, mereka sedari kecil memang tidak pernah bisa
melihat satu benda pun, apalagi untuk membayangkannya...Kembali ke
pasangan suami istri tadi, mungkin dalam keadaan buta seperti itu,
mereka akan memohon pada Allah untuk menormalkan matanya walau hanya
beberapa detik saja agar dapat melihat wajah anaknya, agar mereka bisa
membayangkan wajah anaknya. Bila Allah benar mengabulkan permohonannya,
sungguh itu detik-detik yang sangat berharga, pasti lah kesempatan itu
dimanfaatkan sekali untuk merekam wajah anaknya di dalam ingatannya.
Lalu bagaimana dengan beberapa diantara kita yang sudah mempunyai anak,
setiap hari dapat memandangi wajahnya dengan leluasa, sungguh itu amat
menyenangkan sekali. Bila kita diminta memberi penilaian atas nikmat
mata ini, berapa nilai yang akan kita berikan ?! pasti Anda akan
tertegun bingung sulit untuk menghinggakannya ! Baru satu nikmat saja,
kita sudah tidak mampu menghitung nilainya, bagaimana jika diminta
menghitung dan memberi nilai terhadap nikmat-nikmat lainnya, seperti :
mulut, di dalam mulut ada lidah sebagai perasa, ada gigi untuk mengunyah
dan di dalam perut ada jantung, paru-paru dll. Masih ada lagi anggota
tubuh yang lain dan di luar itu masih banyak nikmat yang kita dapat,
seperti air, udara, sinar matahari dan selebihnya silahkan Anda teruskan
sendiri untuk menyebutkannya satu persatu hingga lelah...
Sungguh berlimpah nikmat Allah yang diberikan pada manusia, dari mulai
manusia berada di dalam rahim ibu, hingga besar seperti kita sekarang
ini. Allah berkata tegas pada (QS. Al-Rahman:13) "Maka nikmat Tuhan kamu
yang manakah yang kamu dustakan?" Oleh karena itu Allah mengancam
manusia yang tidak pandai bersyukur dengan azab yang amat pedih, itu
tertulis pada (QS. Ibrahim:7). Dan ternyata pada kenyataannya hanya
segelintir saja manusia yang pandai bersyukur, begitu Allah berkata di
dalam (QS. Al-A'raf:10) "Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu
sekalian di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu (sumber)
penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur". Mari intropeksi diri,
seberapa seringkah kita bersyukur ?!
Wallahu'alam bish showab. Semoga bermanfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar